Beranda | Artikel
Mati, Tapi Sebagai Pemenang
Rabu, 21 Januari 2015

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah– mengatakan, setelah beliau menyebutkan firman Allah ta’ala:

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ

Telah berlaku ketetapan Kami untuk para hamba Kami yg menjadi rasul, bahwa sungguh mereka benar-benar golongan yg dimenangkan“. (QS. Ash-Shoffat: 172-173).

Sebagian orang tidak bisa memahami ayat ini dan mengatakan: “Sebagian dari mereka telah dibunuh, bagaimana mereka dikatakan menang?!”

Maka jawabannya:

Terbunuhnya seseorang apabila dengannya Agama dan pengikutnya menjadi mulia, maka itu merupakan penyempurna kemenangan. Karena kematian adalah suatu keniscayaan, sehingga bila seseorang mati tapi dengannya dia menjadi bahagia di akhirat, maka ini adalah PUNCAK kemenangan.

Sebagaimana keadaan Nabi kita –shallallahu’alaihi wasallam-, banyak dari sahabatnya yg mati syahid dan mereka menuju kepada kemuliaan yg paling agung, sedang sahabatnya yg masih hidup menjadi mulia dan menang. Jadi orang yang dibunuh seperti ini, terbunuhnya dia akan menjadi penyempurna kemenangannya dan kemenangan para pengikutnya.

Dan termasuk dalam bab ini; hadits riwayat Muslim yang menjelaskan kisah tentang seorang pemuda yang mengikuti agamanya seorang rahib dan meninggalkan agamanya tukang sihir, lalu mereka ingin membunuhnya berkali-kali tapi mereka tidak mampu, sehingga pemuda itu mengajari mereka bagaimana membunuh dirinya, dan ketika dia terbunuh, BERIMANLAH seluruh manusia, sehingga ini merupakan kemenangan untuk agamanya.

Oleh karenanya, ketika Umar bin Khottob dibunuh di tengah-tengah kaum muslimin sebagai syahid; dibunuh pula pembunuhnya. Begitu pula ketika Utsman dibunuh sebagai syahid; dibunuh pula para pembunuhnya dan golongannya menjadi menang. Begitu pula ketika Ali dibunuh oleh kelompok khowarij dg menghalalkan darahnya; mereka termasuk orang yg diperintahkan Allah dan Rosulnya utk dibunuh, dan mereka (setelah itu) selalu dikalahkan oleh golongan Ahlussunnah Waljama’ah, dan hal tersebut tidaklah menghalangi kemuliaan Islam dan pemeluknya.

Apalagi para Nabi yang dahulu dibunuh itu telah dibalaskan oleh Allah, sampai ada yang mengatakan dari darahnya (Nabi) Yahya bin Zakariya ada sebanyak 70 ribu orang yang terbunuh karenanya.

[Almasa’il wal Ajwibah, hal: 218-219].

Kesimpulannya, bahwa para pembela Agama Allah dan Sunnah Nabi-Nya akan menjadi pemenang, apapun keadaannya. Dan kemenangan tersebut bisa dilihat dari 3 sisi:

  1. Agama yang diperjuangkannya akan selalu dijaga dan dimenangkan oleh Allah azza wajalla.
  2. Bila dia terbunuh karena membela Agama Allah, maka dia menjadi syuhada’, dan tentunya ini jauh lebih baik daripada keadaan musuhnya, yang nantinya juga pasti mati walaupun dengan cara biasa.
  3. Allah akan membalaskan kejahatan musuhnya dengan cara-Nya sendiri, dan itu bukanlah hal yang sulit bagi-Nya. Wallohu a’lam.

Penulis: Ust. Musyaffa Ad Darini, Lc., MA.

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Wanita Sederhana Dalam Islam, Menikah Itu, Apa Yang Dimaksud Dengan Wahabi, Ayat Tentang Shalat Jumat


Artikel asli: https://muslim.or.id/24292-mati-tapi-sebagai-pemenang.html